“Ray.. Kuambil ‘tik’ obat di saku belakangku. Bokepindo “Sayanghh..” Nia membalas ciumanku. “Memang anaknya seperti itu, Ray?” lanjutnya. “Ray, aku tidak mau begini.”
“Nia, please..” kukecup bibirnya, sama sekali tidak merasakan penolakannya. “Eh.. nyari tempat yuk,” kataku. udah dong..” kataku. hh..” Kuangkat bajunya melewati kepalanya, menciumi dadanya, menjilati BH yang menutupi payudaranya, memegang ketiaknya, mendorong punggungnya terangkat, sehingga bisa kutekan kepalaku di dadanya. aku pakai mobil,” teriakku. Menyandarkan tubuhku di tembok di sebelah rak buku, dan membiarkan orang-orang memandangku dengan heran saat aku tertawa. Bangsat hina! Kukulum lagi bibirnya, sekarang tanganku mengangkat bagian bawah bajunya. seandainya saja.. Ah, ya. “Ahh.. begitu bodohkah aku? maaf..” Aku beringsut ke bangkuku sendiri, menutup mukaku dan menangis seperti seorang anak kecil. “Ray, aku tidak mau begini.”
“Nia, please..” kukecup bibirnya, sama sekali tidak merasakan penolakannya.




















