Pintu salon kubuka.“Selamat siang Mas,” kata seorang penjaga salon, “Potong, creambath, facial atau massage (pijit)..?”“Massage, boleh.” ujarku sekenanya.Aku dibimbing ke sebuah ruangan. Jagain sebentar ya..!”Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengangguk.Setelah mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Bokep jepang Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Aroma asli seorang wanita. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Apa yang aku harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa? Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Tapi masih terhalang kain celana. Daripada suntuk diam di rumah, tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang masih menumpuk.Kerjaan yang menumpuk sama merangsangnya dengan seorang wanita dewasa yang keringatan di lehernya, yang aroma tubuhnya tercium. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Begini saja daripada repot-repot. Dingin. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.“Mbak Wien.., aku mau makan dulu.




















