Aku masihmematung. pintanya penuh manja.Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depanberdering. Bokep hijab Tunggu apa lagi. suara itu mengagetkanku. kataku.Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Haruskahkujawab sapaan itu? Ia terusmengelap pahaku. Atau janganjangan ia juga disuruhibunya bayar arisan. Aku harusmemulai. Ah segar. Ah masa bodo. Ke bawah: Tidak. Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Aku terlambat setengah jam.Padahal, wajah wanita setengah baya yang di lehernyaada keringat sudah terbayang. katanya melenguh.Kujilati payudaranya, ia melenguh. ujarku sekenanya.Aku dibimbing ke sebuah ruangan. Bau tubuh wanita setengah bayayang yang meleleh oleh keringat. Lihatlah iatadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Aku memandang ke arah lainmengindari adu tatap. Aku masihmematung. Di balik kain tipis, celanapantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik SiJunior. Palingtidak aku dapat melihat leher yang basah keringatkarena kepayahan memijat. Angin meneroboskencang hingga seseorang yang membaca tabloidmenutupi wajahnya terganggu.Mas Tut.. Wanita muda itu mengikuti di belakang.Kemudian menyerahkan celana pantai.Mbak Wien,
