Mungkin itu sifat individualistis masyarakat jakarta, berbeda jauh keadannya kala aku masih kuliah di bandung dulu. Kami berdua masih terdiam tanpa suara. Bokep hijab Mbak ngomong beneran nih.” Ucap Mbak Nila serius.“E-emang mo ngapain mbak? Benarkah itu liurku? Dengan lihainya mbak nila melonggarkan silangan kakinya di pinggangku, untuk kemudian mengunci pinggulku sehingga bagian bawah tubuhku makin condong merapat ke bagian bawah tubuhnya.“Ahh.. Mbak nila sudah kuanggap mbakku sendiri, begitu pula mas sofyan dan gibran yang sudah kuanggap mas dan ponakanku sendiri, jadi mana tega aku berbuat macam-macam terhadap mbak nila. Padahal kala itu mbak nila hanya mengenakan daster tanpa lengan dan rambut diurai. Bibir mungilnya menyimpulkan senyum kecil sambil melirik kearahku setengah tersipu.Secara natural akupun menyeka keringat di dahi dan pipinya, mbak nilapun menyambut tanganku dan menggenggamnya mesra. Udah pokoknya makan dulu sana, baru tidur istirahat.




















