Dini menggoyang-goyangkan pinggulnya dgn liar seakan-akan tidak mau kalah dgn permainan lidahku ini. Aku pun diam sejenak, lalu kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnya. XNXX sshh.. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuh klitorisnya. “Oohh esshh aaouuw uuhh teeruss.., lebih dalemm, oohh.. “Aouww Tonn, kamu romantis sekali..!” katanya sambil kedua tangannya menrabah manja melingkari leherku.Kemudian kuletakkan Dini pelan-pelan di atas ranjangnya, lalu aku menindih tubuhnya dari atas, untuk sesaat mulut kami saling pagut memagut dgn mesranya sambil berpelukan erat. Tapi aku tidak dapat berharap banyak, soalnya bukan aku yang hendak dijodohkan. Beberapa menit kemudian ia terangsang lagi, lalu tanpa buang waktu lagi kutekan pantatku sehingga batang kemaluanku masuk semuanya ke dalam lubangnya.“Pelan-pelan Tonn, masih sakit nih..!” katanya meringis. ohh.. Dia sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku. Tapi hebat juga kalau cuma kerja sebagai sekretaris mampu menyewa apartment. aduhh.. Sebelum aku menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu




















