Sementara bi Nurasih sibuk dengan rontaan-rontaan kecilnya, Dartowan menarik tangan kirinya dari punggung bi Nurasih dan membawanya pada buahdada sebelah kanan dan meremas-remas buahdada bi Nurasih yang besar, dengan mengingat umurnya yang sudah 54 tahun wajar saja agak sedikit bergayut karena besarnya dan bobot bongkahan dada yang montok itu tapi rasanya tidak terlalu berkurang kekenyalannya dan memang tidak cukup kentara.Sibuk dengan rontaannya menghindari sergapan mulut Dartowan yang gencar, akhirnya terasa juga remasan-remasan pada buahdadanya yang kanan itu…“Oooh… kamu…! Bokep china bunyi benturan jidat Urip dengan tembok penyanggah engsel pintu pagar tempat bertenggernya kotak pos. Oooh… aaaku… sudah… tak tahan… aaah…!”, desah Ningsih yang lirih.Terkesiap hati Dartowan mendengar desahan lirih adik tirinya itu. “Hi-hi-hi… ketahuan deh sekarang… papa benar-benar semakin ‘parah’ saja genitnya itu… pasti papa bolos kerja hari ini hi-hi-hi…”, Desrita tertawa geli sendirian. “Tapi tidak mengapa… nih papa telah membeli alat yang bisa mendeteksi saat kamu ‘tidak




















