Jadi, kenapa aku harus menolak?“Ayo, In.” Sita menarik tanganku, dan kali ini aku sudah tidak melakukan perlawanan lagi.Ketika kami sudah berdiri di pinggir ranjang, bang Irul hanya tersenyum kecil ke arahku. Sebelum naik, ia melepaskan handuk yang melilit bagian bawah tubuh sintalnya. Bokep china Tangan bang Irul dengan gemas meremas-remas payudara Sita yang montok. Dengan penasaran aku mananti kalimat apa yang akan keluar dari sana. “Nggak fokus apa nggak bisa?”Mas Danu diam lagi. Selangkangan Sita yang sebelumnya telah basah, kini nampak semakin basah.“Aaahh… Ooooh…” Sita sengaja mendesah sekeras mungkin sambil menatap ke arahku yang masih berdiri di dekat pintu. “Ya gitu deh.” aku berterus terang. “Kenapa?” dia bertanya tanpa menoleh, tampak sibuk membenahi pakaiannya yang sedikit acak-acakan.Sementara burungnya yang terkulai lemas, menggantung menyedihkan di luar celananya.
