Ayo..!“Mbak.., pahaku masih sakit nih..!” kataku memelas, ya sebagai alasan juga mengapa aku masih bertahan duduk di tepi dipan.Ia berjongkok mengambil sapu tangan. Bokep jilbab Mobil melaju. Ya sekarang..!” pintanya penuh manja.Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aku hanya mendengus. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Aku menurut saja. Ini kesempatan kedua. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.“Bang, Bang kiri Bang..!”Semua penumpang menoleh ke arahku. Nafasnya tercium hidungku. Ah. Ia cukup lama bermain-main di perut. Lalu vaginanya, basah sekali. Dari perut turun ke paha. Aku tidak dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Aku duduk di belakang, tempat favorit. Lalu ngomong apa? Ia terus mengelap pahaku. Perempuan paruh baya itu pun masih




















