Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. “Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Bokep tobrut Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim!“Maryam…!” panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Air mataku jatuh tanpa terasa. “Ini dia mujahidah (*) ku!” pekik hatiku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. “Ah…wanita gampang sekali untuk menangis,” batinku. Dug! Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud (**) dan ‘iffah (***) sepertimu? berember-ember. Hati ini menjadi luruh. “Alhamdulillah, jazakallahu…,” ucapnya dengan suara mendalam dan penuh ketulusan.Ah, Maryamku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah.




















