Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 22:00 seharusnya mahasiswa sudah pulang. “Hisap atau mati?” ancamku dengan kembali mengalungkan belati ke lehernya. Bokep india “Nanti malam, jalan yuk…” ajakku ketika Rianti singgah di kios tambal ban kami. “Yah… Kirain serius…” sambung Rianti yang sedikit merenggut wajahnya. “Akkuu taak pandaaii menaariii…” jawabnya sambil memegangi perutnya yang sepertinya masih terasa sakit. Wajar saja, tiap malam Mamat selalu menebar paku di jalan-jalan, tanpa sedikit nakal begitu, aku yakin usaha kami pasti sepi.“Udah, lamar saja si Rianti…” Mamat berkata padaku ketika kami tengah mengerjakan tugas kami, menambal ban sepeda motor di kios kami. Aku pun mengancamnya untuk tidak melawan, ku lepaskan semua ikatannya dan langsung menghajarkan pukulan tepat di perutnya agar ia tak bergerak.




















