Duhhh.. film porno Bodinya montok bingit. Kocokkantanganku semakin cepat. Darah gairahku mulai loncat ke-ubun- ubun. Dan dari balik mataku yg masih setengah merem melek menanggung kenihkmatan gairahku kulihat sama-samar Hamidah, jeng Tutik, Bu Hartati, Dik Karsih, Bu Denis, Bu Ani. Aku ingat betapa ketiaknya penuh bulu. Aku tak tahan lagi. Aku akan menikmati bagaimana serba salahnya si Hamidah yg gairah menyala menjadi gelisah saat menyaksikan kemaluanku ini. Darah gairahku mulai loncat ke-ubun- ubun. Jangan lupa pakai kacamata rabunmu agar kamu bisa menikmati Hamidah lebih tajam di pagi ataupun sore hari saat dia menyapu halaman rumahnya. Uuhhhhh.. Aku mengambil kopi panasku yg telah disediakan istriku. Tentu saja secara hati-hati setiap kali aku akan, entah memperdengarkan tarikan kursiku, ataupun bersiul pelan ataupun apalah nanti untuk menarik perhatian agar Hamidah mau menengok ke tempat aku duduk ini.Sore itu, sekitar jam 4, seperti biasa Hamidah keluar dari rumahnya lengkap dengan slang air,
