Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Bokep STW Hap. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Di mana? ” katanya lagi seperti iri pada Fera. . ” katanya manja lalu melepaskan sergapanku. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya. Kaki disandarkan di dinding. Lihatlah dia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Atau kean, karena dia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Sebenarnya aku belum pernah bicara di angkot dengan seorang wanita, apalagi separuh baya lagi. Aku masih termangu. Aku tertipu. Selesai dipijat dia tidak meninggalkan aku. Keberuntungankah? Kaki disandarkan di dinding. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Ketika menjangkau pantatku dia agak mendekat. Seakan sengaja memainkan Kejantananku. Aku sejenak terdiam, dan bengong memperhatikan wanita setengah baya itu,
“ Eh dek, denger nggak sih, jendelanya tolong dirapetin sedikit..,




















