“Ada apa kog mesti buru-buru pulang?” kataku menggerutu, sambil berusaha untuk mengeraskan pijakan kaki, pertanda aku enggan berlalu. Hanya saja yang mengundang decak kagumku adalah, di sini kutemui bulu-bulu seperti rambut yang sebagian besar berwarna putih seperti uban, tetapi cuma satu sisi yang tersisa. Bokep tobrut Di sini, kembali, kesabaran dan nyali ku pertaruhkan. Benar-benar sebuah perjuangan yang layak di kenang! kalau yang ini siksaan tahap kedua, aku jadi begitu tegang menunggu episode kedua. Rinai hujan di luar rumah masih terdengar agak riuh, meski tak selebat tadi. Tapi, yang ini benar-benar mendebarkan. Perlahan.. Tapi itu kini tak lagi menyiksaku. Tapi aku tak mau berlama-lama. Nenek benar-benar terlelap. Aku mulai berinisiatif, karena timing nya memang tepat.
