Bawa aku ke kamarmu segera!” desah Mbak Marissa.Aku tak segera bergerak. Pukul 9 lebih sedikit. XNXX Aku seperti tenggelam dalam segala macam rasa : coklat, vanilla, strawberry, almond.Mbak Marissa benar-benar menikmatinya. Karena kami keluarga, maka dibuatlah pintu penghubung ini,” aku bicara gugup.“Namamu siapa, sih?” Tanya Mbak Marissa.“Mirza!”“Ah, huruf depannya sama-sama M dengan saya. Dadanya bergoyang-goyang ketika ia mengisyaratkan kedinginan.Aku memberikan lilin itu dan memberanikan diri menatapnya agak lama sambil sesekali memperhatikan dadanya.“Kamu nggak takut sendirian? Putting dan bundaran empuk di dada Mbak Marissa seperti memberi jalan dan megajariku untuk mengulum-ngulum dan memutar-mutarnya agar pemiliknya mendapatkan nikmat yang istimewa. Itu mungkin karena ayah dan ibuku tidak ada di rumah. Bila bertatap mata dengan Mbak Marissa, dadaku berdebar-debar. Entah kenapa, semenjak hari itu, wajah Mbak Marissa, begitu aku memanggilnya, terus bergelayut di mataku.




















