Dia benar-benat ulet. Aku langsung ingin mengutuk diri. Bokep montok Tidak tampak rasa takut dalam dirinya. Pikiranku mendadak kacau. Siapalah aku, aku hanyalah tiang listrik yang mengadu nasib di jalan raya.,,,,,,,,,, “Woi!” teriak salah satu anak dari gerombolan itu dengan kasar. Tiap kali dia berkata begitu, dia selalu menyertakannya dengan merendahkan bahu. Meskipun hujan membuatku gigil, atau panas yang datang tak tanggung-tanggung. Aku sudah terbiasa seperti ini. “Terima kasih banyak, Pak. Astaga. Di dekat tiang lampu merah, sekitar beberapa meter dari tempatku berdiri, ada seorang anak laki-laki berambut kusut berpakaian kusut menenteng kantong-kantong plastik hitam yang juga kusut. Dia punya usaha untuk hidup. Sedikit-sedikit oleng ke kiri, atau oleng ke kanan. Aku yang bisa dikatakan sedikit menggigil memperhatikan mobil, motor, becak, andong, bajaj, hingga truk lalu lalang. “Woi!” teriak salah satu anak dari gerombolan itu dengan kasar. “Sudah dapat banyak?”
“Belum. Mereka juga mengeluarkan sebatang rokok.
