“Kamu ngapain ha…? Bokepindo Aku memang mewarisi bakat ayahku yang merupakan seorang pemburu yang handal, hal inilah yang membuat darah petualangku menggelora.Memasuki pertengahan semester aku mulai kenal dan akrab dengan seorang cewek, sebut saja namanya Ema. nggak lah sayang, kan yang penting nikmat,” kataku tertahan. Yah, maklum saja itu hari Rabu maka perjalanan kami lancar karena tidak terjebak macet. Aku pun hanya gelisah dan tidak bisa tidur, karena kemaluanku tegang terus. “Oooh jadi servis plus nih?” tanyaku. “Eeh.. “Habbiss kamu gitukan sih, siapa tahannn…”
Ia memakluminya dan agaknya tahu kalau aku baru pertama kalinya. Kupercepat gerakanku, “Slep… slep.. “Eh… sori nih trouble dengan kakak perempuan,” dalihku. Karena hari itu sudah sore, waktu menunjukkan pukul 04:55, aku segera menggandeng tangan Ema, “Ayo lah kita pulang, yok kuantar..” dia pun menurut sambil memeluk tanganku di dadanya. Ia semakin menjadi, desahannya semakin keras dan geliat tubuhnya bagaikan cacing, “Ahhh… uhhh ayo




















