Bibirku melumat bibirnya. Setelah mengunci salon, Fera kembali ke tempatku. Bokep crot ”
Dia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya. ”
Semua penumpang menoleh ke arahku. Toh dia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku. Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Atau jangan-jangan dia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Makin lama makin jelas. Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. Dia masih dingin tanpa ekspresi. Aku kegeldian menikmati tangannya yang menari di atas kulit punggung. Lama sekali dia memijati pangkal selangkanganku. Tapi kakiku saja yang seperti memagari badannya. ” ujarku sekenanya. Aku masih mematung. Dari atas: Turun.




















